HIDUP UNTUK BERKARIR Atau BERKARIR UNTUK HIDUP? Bagian 1
- KJ89
- 11 Mar 2017
- 2 menit membaca

APAKAH KARIR ITU?
Pada umumnya yang dimaksudkan dengan karir adalah suatu perubahan atau kemajuan dalam pekerjaan seseorang berupa peningkatan posisi atau jabatan tertentu selama dia menjalani hidupnya.
Tidak ada yang salah sebenarnya mengenai pengertian ini karena beberapa tokoh intelektual pun memiliki pengertian karir yang sama seperti yang diterangkan diatas, misalnya pengertian karir menurut Irianto (2001:94) yang menurutnya karir meliputi elemen-elemen obyektif dan subyektif.
Elemen obyektif berkenaan dengan kebijakan-kebijakan pekerjaan atau posisi jabatan yang ditentukan organisasi, sedangkan elemen subyektif menunjuk pada kemampuan seseorang dalam mengelola karir dengan mengubah lingkungan obyektif (misalnya dengan mengubah pekerjaan/jabatan) atau memodifikasi persepsi subyektif tentang suatu situasi (misalnya dengan mengubah harapan).
Sedangkan Simamora (2001:504) berpendapat bahwa kata karir dapat dipandang dari beberapa perspektif yang berbeda, antara lain dari perspektif yang obyektif dan subyektif. Dipandang dari perspektif yang subyektif, karir merupakan urut-urutan posisi yang diduduki oleh seseorang selama hidupnya, sedangkan dari perspektif yang obyektif, karir merupakan perubahan-perubahan nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi karena seseorang menjadi semakin tua.

Dapat dilihat dari pengertian karir diatas yang pada dasarnya merujuk kepada pekerjaan atau pun posisi jabatan seseorang. Biasanya pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan yang mendapatkan imbalan berupa gaji/uang.
Memang pada umumnya kita disekolahkan dari SDāSMPāSMA hingga ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu sebagai seorang mahasiswa, yang tujuan akhirnya adalah untuk mendapatkan pekerjaan yang ālayakā yang sesuai dengan jenis pendidikan yang diambil dimasa perkuliahannya.
Pandangan umumnya adalah jika seseorang āmemilikiā pendidikan tinggi maka ia akan mendapatkan profesi pekerjaan yang aman dengan gaji yang baik dan mendapatkan jaminan tunjangan untuk masa tua mereka kelak.
Tetapi, pengertian ini justru membawa kita kepada kemunduran kualitas diri. Karena menimbulkan persepsi, āyang penting hasil akhirnya bagus, bagaimana pun caranya.ā
Disekolah misalnya, para guru yang seharusnya mendidik siswa-nya agar semua potensi, kecakapan, serta karakter-nya terbentuk, sekarang malah berfokus hanya pada pengajaran mata pelajaran saja, yaitu hanya mengajarkan materi, mengadakan ujian dan memberikan nilai di rapot. Tugas mereka saat ini sekedar memberikan pengetahuan atau nilai-nilai untuk melatih keterampilan saja, padahal peran seorang guru itu tidak hanya mengajarkan saja namun mereka juga harus āmampuā untuk mengembangkan apa yang secara potensial dan aktual telah dimiliki para siswa/siswi-nya. Pada akhirnya yang terjadi saat ini adalah para siswa hanya terfokus akan hasil akhir (nilai bagus) dan mengesampingkan proses pendidikan yang seharusnya dapat mengembangkan kemampuan dan sikap mereka sebagai bekal ketika dewasa kelak.

Didalam pekerjaan pun sekarang telah terjadi penurunan tanggungjawab. Diawali dengan adanya istilah āmembayar untuk profesiā yaitu seseorang membayar dengan sejumlah uang yang tinggi harganya untuk mendapatkan sebuah pekerjaan diposisi tertentu. Mungkin karena ada dasar pemikiran bahwa ābiaya sekolah itu mahal, jadi harus dibalas dengan mendapatkan pekerjaan yang layak apapun caranya.ā maka tindakan seperti itu terjadi. Lalu yang jadi pertanyaannya adalah seberapa efektif, efisien dan produktifkah mereka dalam melakukan suatu pekerjaan?
Hal diatas merupakan beberapa berita yang sering kita dengar, kita lihat atau kita temui baik itu melalui media atau pun dari mulut ke mulut. Memang tidak semua orang seperti itu, tetapi pada kenyataannya hal tersebut masih terjadi dan tetap dipraktekan oleh sebagian masyarakat.
BERSAMBUNG KE BAGIAN 2


























Komentar