KELUHAN-KELUHAN HIDUP DI DUNIA & BAGAIMANA MENGATASINYA?
- KJ89
- 15 Mar 2017
- 3 menit membaca
Sebuah kisah klasik di bawah ini mungkin akan atau sedang Anda alami saat ini:
“Gua tuh udah menetapkan dan mencapai cita-cita karier gua dan memperoleh keberhasilan profesional yang luar biasa. Akan tetapi, hal ini mengorbankan kehidupan pribadi dan keluarga. Tapi gua udah ga lagi mengenal istri dan anak-anak gua. Gua bahkan ga yakin ama diri gua sendiri dan apa yang sebenarnya penting bagi gua. Gua mikir– Apakah keberhasilan ini sepadan?”
“Saya telah mengikuti kursus tentang pelatihan manajemen yang efektif. Saya berharap banyak dari karyawan saya dan berusaha keras untuk bersikap ramah kepada mereka dan memperlakukan mereka dengan benar. Namun, saya tidak merasakan loyalitas sedikit pun dari mereka. Saya rasa jika saya tidak masuk kantor karena sakit, mereka pasti menghabiskan sebagian besar waktu mereka dengan mengobrol (tidak produktif). Mengapa saya tidak dapat melatih mereka menjadi mandiri dan bertanggungjawab – atau memperoleh karyawan yang dapat seperti itu?
“Ana ingin ngajarin anak-anak ana untuk menghargai pekerjaan. Tapiii~ untuk membuat mereka mau mengerjakan apa pun, ana harus mengawasi setiap langkahnya... dan kudu naahan diri ngedengerin keluhan mereka di setiap langkah tersebut. Jauh lebih mudah jika ana ngerjain sendiri. Mengapa anak-anak tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dengan gembira dan tanpa perlu diingatkan?”
Kita semua ingin sekali menyelesaikan semua masalah yang sedang kita hadapi. Namun entah kenapa bukannya masalah tersebut terselesaikan eh malah menimbulkan masalah baru??
Hal ini lebih sering disebabkan karena kita terburu-buru (kurang pengetahuan/strategi) dalam menyelesaikan suatu masalah. Kita tidak sabar untuk segera keluar dari masalah sehingga kita cenderung mencoba menyelesaikan apa yang dilihat/dirasakan saja (memotong dahan/batangnya) daripada mencari tahu inti dari masalah yang sebenanrnya perlu dipahami dan dimengerti (akar dari masalah tersebut) sehingga kita mampu memaknai hidup sebagai bekal hidup dan tangga kehidupan yang akan membawa kita kepada eposide kehidupan di level yang berbeda.
“Masalah-masalah kita adalah buatan manusia, maka dari itu dapat diatasi oleh manusia. Tidak ada masalah dalam takdir manusia yang tidak terjangkau oleh manusia.
-JOHN F KENNEDY-
“Insan-insan pengubah dunia adalah mereka yang bisa memetik pelajaran dari setiap kejadian. Mereka akan selalu belajar dari lingkungan yang positif. Menjadikan setiap kesempatan menjadi sesuatu yang penuh makna.”
-ANONIM-
“Terima kasih Tuhan-ku berarti ada sesuatu yang Tuhan ingin aku mengerti.”
Mengubah SUDUT PANDANG (PERSEPSI) merupakan kata kunci terpenting agar kita mampu melihat masalah dari sisi lain. Untuk menyelesaikan suatu masalah kita harus memahami kenapa dan untuk apa masalah ini dipilihkan Tuhan kepada kita.
INGAT! TUHAN ITU MAHA PENGASIH DAN PENYAYANG. JADI APA PUN YANG MENIMPA KITA TELAH DIPILIHKAN OLEH TUHAN AGAR KITA MENYADARI SESUATU DAN MEMAHAMINYA SEBAGAI BEKAL PENTING YANG AKAN MEMBAWA KITA MENUJU HARAPAN-HARAPAN DAN IMPIAN-IMPIAN YANG SELALU KITA PANJATKAN DALAM DO’A KITA.
Masalah itu datang dengan sendirinya dan akan pergi dengan sendirinya jika kita telah memahami kehadirannya. Mas Salah itu seperti seseorang yang kurang perhatian (kuper) mencoba mendekati kita agar mendapatkan perhatian dari kita. Dia ingin kita mengenalinya lebih dekat dan memberikan perhatian padanya sehingga kita mampu mengenal, mempelajari dan memaknainya sebagai guru kehidupan bukan sebagai musuh yang harus dihindari.
Secara ilmiah hal tersebut bisa berhubungan dengan Pygmalion Effect merupakan studi tentang teori harapan dan ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya atau teori psikologi yang memanfaatkan persepsi serta ekspektasi positif untuk meningkatkan kinerja. Sehingga seseorang mampu memandang sesuatu dari sudut yang baik.
Persepsi (paradigma) merupakan sumber darimana sikap dan perilaku mengalir. Seperti kacamata yang memengaruhi cara seseorang melihat segala sesuatu dalam hidupnya. Jadi kita bisa menilai kualitas seseorang dari cara pandang yang bersangkutan (coba cek komentar-komentar di sosial media, komentar mereka merupakan cerminan kualitas pribadi mereka sendiri, karena sebatas itulah ia melihat dunia (menafsirkan dunia)).
“Kita melihat dunia bukan sebagaimana dunia adanya, melainkan sebagaimana kita adanya atau sebagaimana kita terkondisikan untuk melihatnya.”
-STEPHEN R COVEY-
Jadi sebenarnya jika kita ingin mengubah situasi, kita harus mengubah diri kita terlebih dahulu dan untuk mengubah diri dengan efektif kita harus merubah believe (apa yang kita yakini) lalu mengubah/memperluas sudut pandang kita.
Sering-seringlah mengunjungi blog ini untuk menemukan pembahasan yang lebih dalam.^^


























Komentar